Jumat, 19 Januari 2018

Mengubah Limbah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak


Kali ini siswa Jurusan teknik pengolahan migas dan petrokimia praktek mengubah limbah plastik menjadi minyak (Bensin dan Solar). Sebagai rasa perduli terhadap lingkungan sekitar, limbah menjadi permasalahan lingkungan yang serius karena semakin banyaknya jumlah limbah plastik yang ada dan tingkat kebahayaan yang dapat ditimbulkan dari limbah plastik bagi makhluk hidup lainnya.

Proses mengubah plastik menjadi Bahan bakar adalah proses konversi ini dilakukan dengan metode thermal cracking, yaitu pembakaran pada suhu tinggi tanpa oksigen. Proses pembakarannya dilakukan selama 45 menit dengan suhu 300-400°C. Hasil pembakaran satu kilogram plastik menghasilkan satu liter bahan bakar berupa bensin dan solar ( harus uji Lab untuk mengetahui kadar yang terkandung).

Konsep dasarnya mengambil unsur karbon (C) dari polimer penyusun plastik. Polimer tersusun dari hidrokarbon, yakni rangkaian antara atom karbon (CO2) dan hidrogen (H2O).
Untuk menghasilkan premium perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih pendek, yakni C6-C10. Untuk menghasilkan minyak tanah dan solar perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih panjang, yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar).

Pada proses akhir perlu refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak siap digunakan. Caranya, dengan mencuci, penambahan aditif, mereduksi kandungan gum atau zat beracun, dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan berdasarkan panjang rantai hidrokarbon.

Untuk memproses limbah plastik menjadi bahan bakar yang dikehendaki perlu alat. Sekilas, bentuk alat mirip tripod kamera atau handycam dengan sejumlah kaki penopang. Yang diutamakan adalah fungsinya.

Dibimbing langsung oleh sang penemu alat dan Guru di SMK Negeri Kimia madiun Bapak TRI HANDOKO MOEDJI W, S.Pd,M.T.  Peraih gelar master Mekatronika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Alat terdiri atas saluran pemasukan atau intake manipul dari besi. Fungsinya, memasukkan sampah plastik ke dalam tangki reaktor di atas tungku pembakar. Bahan bakarnya bisa limbah kayu bekas atau gas elpiji. Bahkan, juga gas metan hasil pembakaran sampah sehingga lebih ekonomis.

Untuk memperoleh uap, tangki reaktor dihubungkan kondensor atau pengembun yang berada di atas tangki. Diperlukan minimal dua kondensor untuk memisahkan uap yang mengandung rantai molekul pendek dengan uap yang mengandung rantai molekul panjang. Penyaluran uap ini menggunakan pipa besi sehingga tahan suhu tinggi atau panas.

Selanjutnya, pada setiap kondensor dipasang pipa penyalur untuk mengalirkan embun dari uap yang dihasilkan. Tetes demi tetes embun ditampung dalam botol sebelum proses refinery. Begitulah rangkaian proses pembuatan minyak berbahan limbah plastik.

Satu kg limbah plastik menghasilkan 1 liter bahan dasar minyak atau minyak mentah. Ketika diolah jadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Kotoran yang melekat pada plastik turut memengaruhi. Demikian pula kualitas plastik yang dipakai. Makin bagus kualitas plastik yang diolah, makin tinggi pula hasil yang didapat.


Hasil uji laboratorium SMKN 3 Kota Madiun menunjukkan, solar limbah plastik menghidupkan mesin pemotong rumput. Meski belum diuji coba pada kendaraan bermotor, premium limbah plastik telah diuji kromatografi gas pada laboratorium PT Sucofindo.

Inovasi itu memenangi kompetisi Teknologi Tepat Guna tingkat kota, dan dipamerkan pada Toyota Eco-Youth VI Jakarta.

Manfaat yang lebih diharapkan dari inovasi adalah membantu mengatasi masalah lingkungan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan tawaran solusi mencari energi alternatif.