A. Latar Belakang
LNG
merupakan singkatan dari Liquefied Natural Gas atau bisa diartikan
sebagai gas alam yang dicairkan. Prinsip utama pencairan ini adalah menurunkan
suhu gas dari 22 °C menjadi -160 °C dengan proses pendinginan dan expansi pada
temperatur rendah sekali yang disebut cryogenic temperatur yaitu 160 °C
pada tekanan di bawah 1 atm.
Tujuan dari
pencairan adalah untuk mempertinggi efesiensi pengangkutan dan penyimpanan (Loading
& Storage), karena volume gas sebelum dan sesudah dicairkan adalah
620:1 artinya kita akan mendapatkan 1 cuft LNG jika kita mencairkan gas alam
sebanyak 620 cuft. Pada masa-masa lalu pemakaian gas alam sebagai sumber energi
masih belum mendapat perhatian karena kesulitan dalam pengangkutan dan
penyimpanan.
LNG
merupakan alternatif energi yang mempunyai prospek cukup baik dewasa ini,
karena hasil pembakarannya memiliki tingkat polusi yang rendah, efisiensi
pembakarannya cukup tinggi sehingga mudah dikontrol.
LNG
merupakan sumber daya alam yang potensial. Semula sumber daya alam ini
berbentuk endapan gas bumi sangat luas yang terpendam didalam perut bumi.
Kemudian gas bumi tersebut diproses menjadi bahan bakar cair. Tanpa LNG, gas
bumi yang berjumlah ratusan triliyun kaki kubik akan tetap terperangkap di
dalam perut bumi.
Gas alam
selain mengandung gas-gas hidrokarbon juga mengandung senyawa yang dapat
mengkontaminasi seperti gas CO2 dan H2S, N2
serta uap air dengan kadar CO2 sebesar 19,2 % volume dan uap air
yang relatif besar dibandingkan H2S sebesar 10 ppm dan N2
yang bernilai trace.
Pada umumnya
gas yang diperoleh dari lapangan atau dari perut bumi, masih mengandung gas-gas
atau materi lain yang tidak diinginkan tersebut, ini disebut impurities atau
zat pengotor. Gas CO2 dan H2S tergolong impurities yang
sangat merugikan.
Seiring
dengan menipisnya cadangan gas alam dari sumber ladang gas, maka kadar CO2
dan H2S akan semakin tinggi. Oleh karena itu harus dilakukan upaya
untuk meminimalisasikan kandungan gas-gas tersebut dengan meningkatkan
efisiensi proses penyerapan gas tersebut dengan menggunakan larutan benfield.
B. Tujuan
1.
Mengetahui
proses fraksinasi untuk gas alam
2.
Mengetahui
proses pencairan gas alam
C. Manfaat
1.
Dapat
mengetahui proses dalam industri pencairan gas alam.
2.
Dapat
mengenal alat-alat dalam proses pencairan gas alam
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Gas Alam
Gas Alam atau yang sering disebut dengan gas bumi adalah bahan
atau materi yang terdiri dari fosil-fosil dan terbentuk dalam wujud gas. Gas alam dapat ditemukan di ladang minyak, ladang
gas bumi dan juga tambang batu bara yang diambil dengan cara pengeboran (drilling). Komponen (utama ) dalam gas alam yaitu metana
80-95%, etana 5-15%, propana dan butana <5%.
Gas alam
juga merupakan campuran hidrokarbon ringan yang terbentuk secara alami yang
bercampur dengan beberapa senyawa non-hidrokarbon. Gas alam tak terasosiasi
dihasilkan dari cadangan yang tidak mengandung minyak (sumur kering). Di sisi
lain, gas alam terasosiasi bersinggungan dengan dan/atau terlarut dalam minyak
bumi serta merupakan produk yang dihasilkan bersama minyak. Komponen prinsip
dari kebanyakan gas alam adalah metana. Hidrokarbon parafinik berberat molekul
lebih tinggi (C2-C7) biasanya ada dalam jumlah kecil dalam campuran gas alam,
dan kadarnya sangat bervariasi tergantung pada lapangan gas asalnya. Gas alam
tak-terasosiasi normalnya mengandung kadar metana lebih tinggi daripada gas
alam terasosiasi. Gas alam terasosiasi mengandung hidrokarbon lebih berat
dengan kadar lebih tinggi.
Zat
non-hidrokarbon dalam gas alam bervariasi dari satu lapangan gas kelapangan
lainnya. Beberapa senyawa ini merupakan asam lemah, seperti hidrogensulfida dan
karbon dioksida. Yang lain merupakan bahan inert, seperti nitrogen,helium dan
argon. Beberapa cadangan gas alam berisi cukup banyak helium untukdiproduksi
komersial.
Hidrokarbon
berberat molekul lebih tinggi dalam gas alam merupakan bahan bakar dan juga
bahan baku kimia yang penting dan biasanya dihasilkan dalam bentuk cairan gas
alam. Sebagai contoh, etana mungkin dipisahkan untuk dipakai sebagai bahan baku
perengkahan kukus untuk memroduksi etilena. Propana dan butana diambil dari gas
alam dan dijual sebagai gas petroleum dicairkan (LPG). Sebelum gas alam
digunakan ia harus diproses atau diolah untuk memisahkan zat pengotor dan
mengambil hidrokarbon lebih berat (lebih berat dari metana).
B.
Proses Pengolahan Gas Alam
Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan
uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam untuk konsumsi
rumah tangga tidak bisa ditoleransi karena sifat racunnya. Zat ini juga menyebabkan
karat pada peralatan logam. Karbon dioksida tidak diinginkan,karena zat ini
akan mengurangi nilai panas gas dan akan memadat pada tekanan tinggi dan
temperatur rendah yang dipakai pada pengangkutan gas alam. Untuk mendapatkan
gas manis atau gas alam kering, maka gas-gas asam harus diambil dan uap air
dikurangi. Sebagai tambahan, gas alam dengan sejumlah berarti hidrokarbon berat
harus diolah untuk mendapatkan cairan-cairan gas alamnya.
1. Proses
Pengolahan Gas Alam Cair
Pencairan
gas alam menjadi LNG/LPG bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan dan
transportasi. Gas alam yang diolah di kilang LNG/LPG.
Proses awal
yaitu Process Train adalah unit pengolahan gas alam hingga menjadi LNG serta
produk-produk lainnya (pencairan fraksi berat dari gas alam). Dalam pengolahan
gas alam di process train dilakukan proses pemurnian, pemisahan H2O dan
Hg, serta pendinginan dan penurunan tekanan secara bertahap hingga hasil akhir
proses berupa LNG. Terdiri beberapa tahapan yaitu:
i.
Plant 1 -
Gas Purification
Proses di
Plant 1 adalah pemurnian gas dengan pemisahan kandungan CO2 (Karbon
Dioksida) dari gas alam. Kandungan CO2 tersebut harus dipisahkan
agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Pemisahan CO2 dilakukan
dengan proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine (MEA), yang sekarang diganti
dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi Ucarsol. Proses ini dapat
mengurangi CO2 sampai di bawah 50 ppm dari aliran gas alam. Batas
maksimum kandungan CO2 pada proses selanjutnya adalah 50 ppm.
ii.
Plant 2 -
Gas Dehydration And Mercury Removal
Selain CO2, gas alam juga mengandung uap
air (H2O) dan Mercury (Hg) yang akan menghambat proses pencairan
pada suhu rendah. Pada Plant 2, kandungan H2O dan Hg dipisahkan dari
gas alam. Kandungan H2O pada gas alam tersebut akan menjadi padat
dan akan menghambat pada proses pendinginan gas alam selanjutnya karena dapat
menyumbat pipa dan alat lainnya saat mengalami pembekuan, serta untuk
mengurangi masalah karat dan mencegah terbentuknya hidrat. Hidrat adalah senyawa
padat berwarna putih yang terbentuk dari reaksi kimia-fisik antara hidrokarbon
dan air pada tekanan tinggi dan temperatur rendah yang digunakan untuk
mengangkut gas alam melalui jalur pipa. Hidrat mengurangi efisiensi jalur pipa.
Untuk mencegah pembentukan hidrat, gas alam bisa diolah dengan glikol, yang
melarutkan air secara efisien. Etilena glikol (EG), dietilena glikol (DEG), dan
trietilena glikol (TEG) merupakan contoh pelarut untuk pengambilan air.
Trietilena glikol (TEG) lebih baik jika dipakai pada proses fasa-uap karena
tekanan uapnya yang rendah, yang mengakibatkan sedikit saja kehilangan glikol.
Absorber TEG normalnya berisi 6 hingga 12 nampan (tray) bubble-cap untuk
melakukan proses absorpsi air.
Cara lain
untuk menghilangkan hidrat gas alam adalah dengan menyuntikkan metanol ke dalam
jalur gas untuk menurunkan temperatur pembentukan hidrat hingga di bawah
temperatur atmosfer. Air juga bisa dikurangi atau diambil dari gas alam dengan
memakai adsorben padat seperti saringan molekular atau gel silika.
Pemisahan
kandungan H2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara absorbsi
menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H2O maksimum 0,5 ppm.
Kandungan mercury (Hg) pada gas alam tersebut jika terkena peralatan yang
terbuat dari aluminium akan terbentuk amalgam. Sedangkan tube pada Main
Heat Exchanger 5E-1 yang merupakan alat pendingin dan pencairan utama untuk
memproduksi LNG adalah terbuat dari aluminium. Pemisahan kandungan Hg (Mercury
Removal) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan adsorben. Bed Mercury
Removal yang berisi Sulfur Impregnated Activated Charcoal dimana
merkuri akan bereaksi membentuk senyawa HgS, hingga kandungan Hg maksimum 0,1
ppm.
iii.
Plant 3 -
Fractination
Sebelum gas
alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu yang
sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan (fractination) gas
alam dari fraksi-fraksi berat (C2, C3, ..., dst) perlu dilakukan. Proses
fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3. Pemisahan gas alam dari fraksi
beratnya dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah dipisahkan dari fraksi
beratnya, gas alam didinginkan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar -50°C
dan selanjutnya diproses di Plant 5 untuk didinginkan lebih lanjut dan
dicairkan. Sedangkan fraksi beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik
didihnya dengan beberapa alat (Deethanizer, Deprophanizer dan Debuthanizer)
untuk mendapatkan prophane, buthane dan condensate.
iv.
Plant 4 -
Refrigeration
Selain
penurunan tekanan, proses pencairan gas alam dilakukan dengan menggunakan
sistem pendingin bertingkat. Bahan pendingin yang digunakan: Propane dan Multi
Component Refrigerant (MCR). MCR adalah campuran Nitrogen, Methane,
Ethane, Prophane dan Buthane yang digunakan untuk pendinginan akhir dalam
proses pembuatan LNG. Plant 4 menyediakan pendingin Prophane dan MCR. Baik
prophane maupun MCR sebagai pendingin diperoleh dari hasil sampingan pengolahan
LNG.
v.
Siklus Pendingin Prophane
Cairan
prophane akan berubah fase menjadi gas prophane setelah temperaturnya naik
karena dipakai mendinginkan gas alam maupu.cairan prophane yang dipakai
pendinginan ada 3 tingkat untuk MCR dan 3 tingkat untuk gas alam. Gas prophane
setelah dipakai untuk pendinginan dikompresikan oleh Prophane Recycle Compresor
4K-1 untuk menaikkan tekanannya, kemudian didinginkan oleh air laut, dan
selanjutnya dicairkan dengan cara penurunan tekanan. Demikian siklus pendingin
propane diperoleh.
vi.
Siklus Pendingin MCR
Cairan MCR
berubah fase menjadi gas MCR dengan kenaikan temperatur karena dipakai
pendinginan gas alam pada Main Heat Exchanger 5E-1. Gas MCR tersebut
dikompresikan secara seri oleh MCR First Stage Compresor 4K-2 dan MCR Second
Stage Compressor 4K-3 untuk menaikkan tekanannya. Pendinginan dengan air laut
dilakukan pada interstage 4K-2 dan 4K-3 serta pada discharge 4K-3.
vii.
Plant 5 -
Liquefaction
Pada Plant 5
dilakukan pendinginan dan pencairan gas alam setelah gas alam mengalami
pemurnian dari CO2, pengeringan dari kandungan H2O, pemisahan Hg serta
pemisahan dari fraksi beratnya dan pendinginan bertahap oleh prophane.
Gas alam menjadi cair setelah keluar dari Main Heat Exchanger 5E-1 dan
peralatan lainnya selanjutnya ditransfer ke storage tank.
C.
Proses Fraksinasi untuk Gas Alam
A.
Unit Fraksinasi dalam Proses LNG
Dalam proses
pendinginan dan pencairan LNG, terdapat beberapa tahapan antara lain
1.
Heavy Carbon removal unit
Hidrokarbon berat C5+ ke atas dipisahkan dari gas alam.
Salah satu media pemisah bisa menggunakan KOD ( Knock Out Drum ) di mana
hidrokarbon berat, glikol dan air dipisahkan dari gas alam. Setelah keluar dari
KOD, diasumsikan komposisi gas alam menjadi sebagian besar C1 ,lalu
C2, C3 , sedikit iC4 dan nC4
kemudian C5+ dalam jumlah yang sangat kecil.
2.
CO2 removal unit Disini
impurities gas asam dipisahkan dari gas alam, salah satunya CO2. Ada
banyak cara untuk memisahkan kandungan CO2 dari gas alam, antara
lain menggunakan solvent (MEA,DEA,MDEA, aMDEA) ataupun teknologi membran.
3.
Water Content removal unit Kandungan
air dalam gas alam harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses salah satu
contohnya freezing point air lebih rendah dari metan sehingga bisa membeku pada
suhu cryogenic dan dapat mengalami kebuntuan pada tube-tube.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar